Tuesday, December 29, 2015

Tak Terlihat

Ada tapi tak pernah dianggap ada.
Berkorban tapi tak pernah diakui.
Berjuang tapi tak pernah dihargai.
Kasian ya.
Saya malah kasian sama kamu.
Karena ga bisa liat bahwa ada kehidupan diluar diri kamu sendiri.

Belajar dan Ajar

Menjadi orang tua membuat saya sadar bahwa saya harus kembali belajar. Belajar tentang banyak hal. Terutama diri sendiri dan anak. 

Banyak dari kita orang tua yang mengharapkan hal-hal tertentu dari sang anak tapi kita seringkali tidak sadar bahwa hal tersebut seringkali sulit kalau kita sendiri sebagai orang tua tidak memberikan contoh. Setelah punya anak saya sadar bahwa pelajaran pertama anak datang dari orang tua. Dengan cara melihat merasakan dan kemudian mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya. Contoh, saya seringkali setelah selesai melakukan sesuatu seperti makan saya akan langsung menyapu lantai untuk membersihkan makanan sang anak yang terjatuh saat makan, sekarang anak saya berusaha menyapu makanan yang terjatuh setelah ia selesai makan. 

Kita seringkali berekspektasi lebih terhadap anak. Pintar, sopan, mandiri, sholeh/ah, rajin belajar, rajin ibadah, rapih, bersih, dst. Tapi sadarkah kita bahwa anak mencontoh apa yang orang tuanya lakukan. Agaknya tidak fair menyuruh anak ibadah tapi kita sendiri tidak pernah solat. Atau menyuruh anak membereskan mainan agar rapih tapi kita sendiri tidak pernah beberes. Hal-hal seperti ini yang membuat sadar menjadi orang tua membuat saya menjadi orang yang baru dengan belajar. Belajar sabar, belajar mengontrol emosi, belajar mandiri, belajar berani, dst.. karena saya sadar dengan saya belajar saya juga mengajari anak saya banyak hal. Tentang kehidupan. Tentang keseharian.

Saya bukan tipe orang tua yang sangat melindungi anak. Saya biarkan anak melakukan apa yang secara naluri ia ingin lakukan. Saya biarkan dia belajar dengan melihat dari samping dan membimbing saat diperlukan. Saya ajari anak lapar/haus jadi dia tahu arti lapar/haus dan arti makan/minum saat lapar/haus dan ini membuat anak saya tidak selalu makan/minum dan berhenti bila kenyang. Saya ajari anak lebih mandiri jadi dia bisa main sendiri tanpa harus bergantung dengan saya atau berjalan lebih hati-hati agar tidak tabrak sana sini. Saya berikan anak kepercayaan bahwa dia bisa melakukan sesuatu sendiri tanpa harus ada bantuan orang lain. Saya support anak saat takut berlari atau melihat balon agar ia lebih berani bukan dengan melindungi dengan melarang berlari atau menyingkirkan balonnya. 

Saya sadar kita sebagai orang tua ingin selalu melindungi anak kita dari bahaya atau dari kesusahan atau dari rasa takut agar yang ia rasakan adalah kenikmatan atau rasa aman atau rasa nyaman tapi selama apakah kita bisa menjamin kalau kita hidup selamanya. Di luar sana ada banyak hal yang bisa membuat anak kita merasakan kesusahan atau ketidaknyamanan atau ketakutan dan kita tidak bisa selalu melindungi mereka kapan pun dan dimana pun. Kalau kata orang sunda nyaah dulang yang artinya sayang tapi menjerumuskan. Kita merasa harus melindungi agar anak kita selalu aman nyaman dan hidup nikmat sejatinya ajari mereka untuk lebih berani, lebih prihatin, lebih bersyukur. Karena suatu hari anak kita juga akan menjadi orang tua yang harus bisa melindungi anak-anaknya kelak. 

Belajar dan ajari sebelum kehidupan yang mengajari kita. 

.cheers.

Monday, October 26, 2015

Be Brave!



#LATEPOST#

baby1


Sebulan setelah saya mempunyai status baru, yakni seorang ibu, banyak hal yang saya pelajari and terutama saya sadari.

Saya tidak pernah berpikir untuk menjadi istri yang bekerja atau ibu yang bekerja. Saya hanya tau dan ingin menjadi seorang istri dan seorang ibu karena saya banyak menyaksikan bagaimana beratnya menjadi ibu yang juga bekerja. Dahulu bekerja buat saya hanya untuk mengisi waktu karena saya tidak punya tujuan karir yang tinggi or so-called wanita karir. Ketika saya hamil dan kehamilan saya tidak mudah pada trimester awal saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan hanya menjadi seorang istri sambil menyiapkan diri menjadi seorang ibu.

Saya tidak pernah berpikir untuk akhirnya menjadi seorang ibu. Tumbuh dan besar dikelilingi banyak laki-laki di hidup saya membuat saya merasa seperti laki-laki. Man don't get pregnant right? So here I am stranded as a wife and a mother.

Saat kehamilan saya memasuki trimester ketiga saya mulai menghadapi banyak sekali kecemasan tentang bagaimana saya akan melahirkan dan bagaimana saya akan merawat a newborn baby. Banyak membaca dan bertanya tentang kehamilan dan merawat bayi sangat membantu pengetahuan saya tapi itu juga berarti bahwa kehamilan dan cara mengasuh tiap ibu berbeda dengan ibu yang lain.  Cerita-cerita itulah yang menginspirasi saya dan memberikan saya keyakinan bahwa saya dapat melakukan apa yang ibu-ibu lain lakukan terutama ketika saya harus melakukan semua sendiri.

So yeah that's what I do: be brave.

Saya melahirkan hanya berdua dengan suami tanpa embel-embel keluarga lain yang menunggu tapi justru saya sangat bersyukur. Momen berharga itu hanya milik kami berdua. Saat melahirkan itulah saya takjub dengan diri saya sendiri bahwa saya bisa. Every woman can!

Then the baby. Segala hal mengenai newborn baby sempat membuat saya takut. Pengalaman ini membuat saya harus langsung terjun ke medan perang dengan amunisi yang secukupnya dan itu sangat tidak saya dan tentu sangat menakutkan buat saya.

So saya memberanikan diri saya. I told myself to be brave! That I can do it by myself. From the beginning.

Ketidakmampuan saya untuk meminta bantuan orang lain untuk mengajarkan saya tentang bagaimana itu hamil, melahirkan dan mengurus bayi membuat saya harus berani. Banyak dari ibu-ibu yang dapat bantuan dari ibu sendiri maupun mertua. Tapi saya harus berjuang berdua bersama suami saja. Hal yang tadinya saya pikir saya tidak mampu tapi ternyata mampu juga.

So be brave!

.Cheers.

Resep MPASI: Abon Ayam Handmade

Si kecil akan menginjak 12 bulan dan sudah suka sekali makan nasi lembek. Di satu sisi saya harus lebih pintar dan variatif dalam membuat makanannya. Akhirnya setelah browsing sana sini saya putuskan untuk membuat abon ayam handmade. Resep ini sebenarnya untuk >12 bulan tapi saya modifikasi dan sesuaikan dengan keadaan si kecil.

Bahan:
200 gr daging ayam dada

Bumbu:
3 siung bawang putih
3 siung bawang merah
1/2 kemiri
Serai
Daun salam
2 sdm kecap manis
Garam dan gula

Cara membuat:
1. Kukus daging ayam kemudian suwir tipis. Saya suwir ayam cukup besar tapi akhirnya saya suwir-suwir lagi

IMG_4367.JPG
2. Haluskan bawang putih, bawang merah dan kemiri kemudian tumis hingga harum. Masukkan daun salam dan serai.

3. Masukkan ayam yang telah di suwir-suwir. Tambahkan kecap dan garam gula. Terus aduk dan gunakan api kecil.

Saya sendiri tidak pakai kecap sebanyak 2 sdm saya hanya pakai sedikit sekali untuk memberikan warna mengingat si kecil belum genap 1 tahun. Saya juga tidak menambahkan garam maupun gula. Moms juga tidak perlu menambahkan serai dan daun salam tapi bumbu masak ini membuat abon menjadi wangi.

Abon ayam yang saya buat kurang kering karena si kecil sudah teriak-teriak minta makan :)
Jangan lupa disimpan ditempat kedap udara dan langsung di santap ya :)

Selamat mencoba moms!
IMG_4368.JPG

Review: Ergo Baby Carrier

Gendongan bayi merupakan salah satu article peralatan bayi yang mom dan dad wajib punya. Bulan-bulan awal saat sang buah hati cepat bertambah berat badan membuat para mom and dad seringkali merasa cepat lelah saat menggendong buang hati. Kehadiran gendongan samping atau kain jarik memang sangat membantu dalam mengurangi pegal saat menggendong bayi terutama dalam waktu yang lama. Tapi sering kita temui kekurangan gendong samping atau kain jarik yaitu distribusi beban yang hanya sebelah atau satu bagian pundak saja alhasil pundak cepat lelah.

Saat ini bertebaran produk-produk gendongan yang kegunaannya sangat membantu mom and dad dalam menggendong buah hati. Dari sekian banyak model dan merek gendongan yang betebaran di pasaran kesukaan saya adalah Ergo Baby Carrier.

Fitur:
• Gendongan depan, belakang, dan samping
• Ergonomis bahkan untuk membawa yang sangat berat
• 100% katun dalam body gendongan untuk melembutkan tiap tepinya
• Gesper berkualitas tinggi yang telah diuji oleh SGS
• Desain ergonomis mendukung posisi duduk yang benar untuk pinggul bayi, panggul dan tulang belakang pengembangan
• Membawa bayi dari baru lahir (dengan infant insert) sampai berat bayi 20 kg
• Tali nilon berkualitas tinggi disesuaikan dengan warna gendongan
• 100% katun kanvas agar maksimal tahan lama
• Diperkuat dengan jahitan di semua persimpangan kain
• Terdapat EVA foam di ikat pinggang

Posisi anak duduk di gendongan bukan menggantung seperti gendongan lain jadi aman buat bayi, tidak akan ada masalah di selangkangannya sekalipun dipakai lama, jadi nyaman untuk Bunda, nyaman untuk bayi/anak.

Gendongan ini juga dilengkapi fitur kemudahan mengatur ukuran talinya, dan juga safety elastic di setiap bucklenya memastikan keamanan bayi/anak, jadi sekalipun jika bucklenya terbuka bayi/anak tidak akan jatuh.

Ada kantong kecil tempat menyimpan barang, ada topi yang bisa dipakai kalau bayi/anak kepanasan, mau menyusui dan kalau bayi/anak tidur, jadi kepalanya tidak perlu disangga, Bunda bisa bekerja dan beraktifitas dengan leluasa karena dua tangannya bebas.

Tiga hal yang paling saya senangi dari Ergo Baby Carrier adalah:
 1. Tersedia topi yang bisa digunakan saat menyusui jadi tidak perlu pakai nursing apron lagi
2. Distribusi berat badan anak yang tidak menyebabkan pegal apabila menggendong terlalu lama
3. Banyak di pakai artis Hollywood ;)
Yes, that's me lol
Picture from here

So mom and dad siapa tau artikel ini berguna saat bingung memilih gendongan bayi. Atau ada gendongan bayi yang jadi favorit mom and dad ?

.Cheers.

6 Bulan dan MPASI

#LATEPOST#

Per hari ini si kecil berusia 10 bulan dan saya sedang berkutat dengan masa bayi susah makan. Saya tidak tahu kenapa tiba-tiba si kecil susah sekali makan dan setiap hari pada jam makan adalah masa saya 'berperang' untuk membuat si kecil mau makan. Dua-tiga suap sudah ok selebih itu luar biasa usaha yang harus dikeluarkan untuk membuat si kecil membuka mulut. Untuk next post ya..

Saya teringat awal kali MPASI dan si kecil sangat lahap menyantap MPASI buatan saya terutama yang berbahan labu kuning. Sebulan sebelum memulai MPASI saya mulai banyak membaca apa yang perlu dan tidak, apa yang boleh dan tidak, apa yang harus dan tidak dilakukan saat MPASI sampai ada masa saya excited, takut, ribet dll. Setelah 4 bulan berlalu dan menilik kebelakang banyak sekali hal-hal yang moms tulis atau referensi lain dalam mempersiapkan MPASI yang saya terapkan.

Apa yang saya rasa diperlukan?
1. Panci khusus untuk merebus atau memasak bubur bayi boleh baru boleh tidak asal tidak ada bekas memasak rendang disana :D
2. Talenan baru. Kenapa karena mayoritas talenan yang kita punya dirumah sudah melewati banyak fase memasak yang luar biasa.
3. Feeding set. Mangkok, piring, gelas, sendok khusus bayi ya. Mau pakai yang model magmag monggo tapi dari awal si kecil saya biasakan minum langsung di gelas. Saya sempat tertarik botol sendok dan lainnya tapi tidak karena saya membiasakan anak makan selayaknya kita makan.
4. Tempat makan dan minum untuk travelling. Kalo ga suka ke-mall ga perlu punya banyak-banyak. Secukupnya saja.
Pisau, saringan, blender, steamer/kukusan mayoritas itu sudah jadi barang wajib di dapur kan ya moms?

Apa yang boleh dan tidak boleh?
Moms yang anaknya mau MPASI pasti sudah browsing sana sini atau beli buku ini itu untuk cari informasi apa yang boleh dan tidak boleh dimakan sesuai umurnya. Karena setiap bayi berbeda maka apa yang cocok buat bayi tersebut mungkin berbeda dengan yang lain. Tapi saya setuju penerapan sistem 4 hari tapi bisa ya kurang dari itu kalo tiba-tiba apa yang dimakan ga cocok.
Mau sayur dulu atau buah dulu atau mau serelia dulu monggo yang di rasa sreg saja oleh moms.
Mau disuapin atau pakai metode BLW (baby led-weaning) ya yang moms sreg saja kalo saya melihat bayi BLW "tidaaaaaaaaaaaakkkkk' :D mungkin kalau si kecil sudah lebih besar lagi akan saya coba untuk BLW.

Untuk menu MPASI dari sekian banyak resep-resep MPASI yang saya baca, browsing, download, in the end menu makan bayi tidak saya bedakan dengan apa yang saya masak hari itu untuk saya dan si ayah. Kenapa? Meringankan pekerjaan moms terutama SAHM yang juga dikejar deadline setrikaan. Menyamakan rasa, jadi apa yang dimakan moms akan masuk kan ya ke asi nah dari situ si kecil belajar rasa yang dia makan sama dengan yang moms makan terutama untuk yang picky eater mungkin ya. Si kecil kurang suka ikan karena saya jarang makan ikan tapi demi membiasakan si kecil suka ikan saya pun belajar lagi makan ikan. In the end, kita mau si kecil untuk bisa makan makanan keluarga.

Untuk waktu makan si kecil saya biasakan sudah 3 kali sehari dengan porsi kecil dengan catatan si kecil merasa lapar.

Dari sekian banyak informasi yang saya baca, berikut 2 ini yang sangat saya jadikan pedoman dalam memasak MPASI.
photo(1)
from duniasehat.net
photoSo moms yang lagi siap-siap mau memberi MPASI jangan dibawa ribet dibawa mengikuti insting kita sebagai mommies aja yaaaa. Semangat ya moms :)

.Cheers.

Motherhood: Being Selfless

IMG_0131.JPG

Pelajaran pertama setelah menjadi seorang ibu yang benar-benar menohok saya adalah menjadi ibu berarti: being selfless.

Artinya yang tak (bisa) mementingkan diri sendiri (saja).

Saya dan suami punya kesukaan makan dipinggiran atau yang terkenal di tenda-tenda. Sebulan setelah melahirkan saya dan suami merindukan kebiasaan makan di tenda jadilah suatu sore menjelang malam kami berangkat ke warung tenda. Tempat makan bertenda yang ditutup dengan terpal memungkinkan angin seliwar seliwer dan saat itu suasana hujan jadi bisa dibayangkan udara dingin yang ada. Karena saya dan si kecil merupakan satu paket jadilah dia pun ikut dengan saya dan suami makan di warung tenda. Saat itu saya sadar bahwa saya menjadi egois hanya karena ingin makan di warung tenda, saya mengorbankan kenyamanan si kecil. Sejak saat itu memilih tempat makan yang ramah lingkungan untuk anak menjadi prioritas saya dan suami. Walau artinya itu kami sudah hampir tidak pernah makan di warung tenda (pilihannya dibungkus dan dimakan dirumah).

Hal kecil seperti itu yang menyadarkan saya terutama sebagai seorang ibu bahwa perlu mengutamakan kenyamanan anak dalam segala hal termasuk itu waktu dan tempat kami akan makan atau pergi atau sekedar jalan-jalan.

Hal ini juga yang banyak buat saya sadar every mom need a me time. A time to be (a little) selfish. Buat saya being selfish artinya bisa makan dengan tenang dan tidak terburu-buru atau sekedar mandi dan luluran lebih lama atau hal-hal kecil dalam keseharian yang seringkali melakukannya dengan buru-buru sambil berjibaku mengurus keperluan si.

Being a mother means a lot to sacrifice. Emang si gak enak banget buat give up kebiasaan yang bisa kita lakukan sesuka hati saat masih sendiri. But you gotta do what you gotta do. Ga mungkin kan anak udah bangun terus kita masih pengen bangun sedikit lebih siang saat weekend. Atau saat suami menganugerahi no-cooking day you still have to cook terutama yang masih MPASI. Banyak makan sayur terutama katuk buat yang asinya pengen melimpah ruah atau minum jus pare (ada yang pernah? Me!). The list is endless...

Tapi itu nikmatnya menjadi ibu segala pengorbanan terbayar langsung saat lihat senyum si kecil, atau pelukan manjanya, atau saat si kecil melahap habis makanan buatan mom, atau saat si kecil tidur lelap. I admit, being a mom is hard but makes me happy.

Jadi para moms apa pelajaran pertama saat jadi ibu?

Motherhood: Life In Schedule

IMG_0112-0.JPG
Moms and dads pasti ngerasain perubahan setelah punya anak. Udah ga mungkin lagi ya bangun siang, ga masak, ga mandi, ga beberes dan sebagainya sebagainya. Punya anak artinya ada satu badan lagi yang jadi tanggung jawab moms and dads. Yang ga mungkin ga diurus kalo naga-naga males lagi keluar.

Sebenernya dari sebelum punya anak dan menikah saya sudah biasa hidup terjadwal. Setiap hari saya punya jadwal untuk apa-apa yang dikerjakan hari itu termasuk jadwal istirahat. Bedanya kalau dulu saya mau begadang nonton film atau baca buku atau sekedar bergaul dengan teman besok paginya saya bisa bangun lebih siang (dengan catatan setelah saya keluar rumah dan kost) kalau di rumah jangan harap saya bangun siang, ayah saya termasuk early-riser apapun alasannya dan beliau punya seribu cara buat bangunin anak-anaknya dengan cara yang menyebalkan. Kebiasaan ini yang berguna sekali buat saya setelah menikah dan punya anak.

Berhubung saya stay-at-home mom dan berjibaku tanpa bantuan ART saya musti pinter-pinter bagi waktu antara membersihkan rumah, mengurus anak dan waktu untuk diri sendiri.

Here's my daily schedule:

Jam 5-6: bangun pagi, solat subuh, langsung masuk dapur. To-do-list di dapur (secara berurutan dan multitasking) masak air buat bapaknya, persiapan masak makanan si kecil, masak makanan si kecil sambil persiapan masak makanan bapaknya, masak makanan bapaknya, masak air buat si kecil sambil persiapan masak makanan sendiri, masak makanan sendiri, cuci piring. Biasanya masak 5 dish buat 3 orang perlu waktu 30-45 menit.

Jam 6.30: memandikan si kecil, menyiapkan makan si kecil dan bapaknya.

Jam 7: makan pagi bersama

Jam 7.30: membersihkan kamar dan rumah. Minimal di sapu. Karena saya pengidap alergi rumah bersih bebas debu is a must.

Jam 8-10: bermain sama si kecil

Jam 10: mencuci dan menjemur baju, biasanya jam segini si kecil morning nap kalo lagi ga nyuci mamak ikutan tidur :)

Jam 12: makan siang

Jam 12.30-13.30: bermain sama si kecil

Jam 13.30-16.00: tidur siang

Jam 16.00-18.00: mandi sore, makan sore, jalan-jalan sore di komplek.

Jam 18.00-20.00: bermain sama si kecil

Jam 20.00: membuat persiapan besok pagi, setrika.

Jam 22.00-24.00: me time sekedar baca buku sampai tidur.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya ya apa tidak bosan dan lelah hidup dalam rutinitas seperti itu setiap hari. Namanya manusia pasti bosan dan lelah tapi selama ada weekend dimana bisa merayu suami supaya makan diluar dan ga masak semua no problem :D

Meluangkan banyak waktu bersama si kecil penting buat saya jadi dengan adanya jadwal seperti ini saya bisa memilah dan memilih waktu kapan saya harus meluangkan waktu bersama si kecil, mengurus rumah tangga dan waktu untuk diri sendiri. Seringkali juga saya dilanda perasaan malas but the show must go on saya ga bisa lagi egois ga masak buat si kecil atau tidak membersihkan rumah.

Share dong moms and dads gimana cara moms and dads membagi waktu supaya urusan rumah dan si kecil dan diri sendiri?

.Cheers.

(Pilihan) Menjadi Ibu Rumah Tangga

IMG_4356.JPG
Menjadi Ibu rumah tangga buat saya bukan sebuah pilihan tapi sebuah cita-cita. Cita-cita yang nampak kurang wah dibandingkan jawaban "jadi dokter, insinyur, dsb" pada saat saya kecil jadilah itu cita-cia yang saya pendam. Sekarang saat saya sudah menjadi seorang ibu menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan saya satu-satunya.

Dengan tidak mengecilkan peran ibu yang berkerja, ini alasan kenapa saya hanya punya pilihan menjadi ibu rumah tangga:

1. Doktrin ayah saya. Walaupun ayah saya bukan tipe yang menakutkan tetapi kata-kata ayah saya bagaikan ultimatum bagi saya. Kata-kata ayah saya simpel namun hingga hari ini masih jelas di ingatan saya, beliau hanya bilang satu kali saat saya baru hamil "Berhenti bekerja sekarang atau nanti. Kalau nanti jangan suka nitip anak ke ibu bapak atau mertua. Urus anak sendiri". Tapi saya paham benar maksud beliau, mengurus anak sesungguhnya kodrah seorang ibu di mata Islam sedangkan perempuan tidak harus bekerja.

2. Saya tidak bisa menitipkan anak saya ke orang tua atau mertua kalau bekerja. Sudah jelas sekali ayah saya tidak bisa menjaga bayi karena beliau laki-laki sedangkan ibu saya sudah meninggal dunia. Kondisi kesehatan mertua yang membuat saya tidak mungkin tega menitipkan anak saya. Mengurus anak sendiri cukup melelahkan saya tidak bisa membayangkan lelahnya orangtua/mertua saya jika saya menitipkan anak ke mereka. Saya belum kenal daycare saat itu tapi pilihan ini tidak mungkin kalaupun saya bekerja.

3. Kepribadian saya yang sulit percaya pada orang dan mudah cemas membuat saya mengurus anak sendiri adalah yang terbaik buat saya. Perbedaan cara mengurus anak antara orangtua/mertua/pengasuh menjadi ganjalan besar buat saya. Saya besar dan tumbuh di tangan nenek saya membuat saya paham betul apa dampaknya di masa depan.

4. It's in my core menjadi seorang ibu rumah tangga. Bahwa kodrah seorang ibu adalah mengurus anak. Buat saya, mengurus anak adalah ibadah. So no amount of money can replace that.
Menjadi ibu bekerja tidak mudah begitu pula dengan menjadi ibu rumah tangga. Setiap ibu selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk anaknya dengan melakukan yang terbaik bagi anaknya. Apa yang cocok untuk satu pribadi belum tentu cocok untuk yang lain.

Mungkin seringkali kita tanpa sadar merendahkan pilihan satu sama lain. Alangkah indahnya jika saling mendukung, saling menguatkan dan saling berbagi tanpa berpikir pilihan saya lebih baik dari yang lain.

So moms why you choose what you choose?

.Cheers.

Resep: Banana Puding Susu

Si kecil suka sekali pisang jadi untuk kali ini saya buat Banana Puding Susu sebagai cemilan setelah bangun morning nap.

Resep ini saya dapat dari artikel di facebook Baby Bar tetapi saya modifikasi lagi.

Bahan:
200ml susu asip/santan (saya pakai sufor)
10 gr tepung maizena
1 kuning telur
1 sdt mentega
1 pisang yang sudah matang

Cara membuat:
1. Campur setengah susu dengan tepung maizena dan kuning telur, kocok.
2. Masak sisa susu sampai mendidih kemudian masukan campuran susu+maizena+telur sampai mengental. Angkat lalu masukan mentega (atau bisa diganti mentega).
3. Potong dadu pisang kemudian campur dengan campuran susu yang telah disaring. Dinginkan. Dan siap disajikan.

Si kecil suka sekali puding banana susu ini, bangun tidur langsung dilahap semua. Pada saat pembuatan puding buatan saya agak encer setelah didinginkan mungkin karena tepung maizena yang saya campur kurang. Bagi yang menggunakan asip, memasak asip akan menghilangkan nutrisinya saran saya proses memasaknya bisa diganti dengan mengukus.

Selamat mencoba!
IMG_4365.JPG

Motherhood: "I am not that strong!"

IMG_4461.JPG
Pictures from here

Menjadi ibu rumah tangga itu ga mudah sama ga mudahnya jadi ibu yang juga bekerja. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kali ini mau sharing rasanya jadi ibu rumah tangga full time.

Saya jadi ibu rumah tangga full time sejak hamil 3 bulan. Selama hamil belum ada dukanya diem di rumah seharian. Malah saya sangat menikmati di rumah. Walau sebenarnya saya bukan orang yang suka keluar rumah tanpa urusan yang jelas walau itu sekedar window-shopping. Tapi semenjak melahirkan dan punya anak menjadi ibu rumah tangga full time jadi momok tersendiri buat saya. ( serem ya bahasanya huhuhhuhu)

Masa lalu saya membuat saya biasa melakukan ini itu sendiri tanpa bantuan orang lain. Jadi jangan pernah berharap saya bakal minta tolong selama apa yang harus dikerjakan bisa saya kerjakan sendiri. Bapak saya mengajarkan saya hal-hal yang juga laki-laki kerjakan jadi jangan heran kalau saya bisa ganti ban mobil sendiri ya. Ada masanya suami keenakan karena sampe urusan mengangkat galon air saja saya lakukan sendiri. So kalo saya minta tolong artinya saya udah bener-bener ga bisa. Which is sebenernya ga bagus juga....

Kalau perempuan lain setelah melahirkan di manjakan dengan berbagai bantuan dari sana sini saya justru seminggu setelah melahirkan sudah jeger (kata yang liat ya bukan kata saya) walau sambil menahan perih sisa-sisa jahitan. Dua minggu setelah melahirkan saya sudah mencuci baju, masak, setrika dan bebersih rumah sendiri. Bangga? Ga juga biasa aja. Mungkin di mata orang saya bisa terlihat hebat atau bisa juga terlihat sok kuat. Either way I don't care. Cuma didikan bapak saya untuk jangan pernah menyusahkan orang itu lekat sekali.

Pagi ini tetangga sebelah bilang "neng, hebat ya kuat ngerjain semuanya sendiri. Nyuci, nyetrika, masak, bebersih rumah." Kalau udah seperti ini rasanya senang sekali bahwa ada orang yang perhatian dengan apa yang saya lakukan. Walaupun apa yang saya lakukan tadi bukan karena saya punya banyak pilihan justru karena saya tidak punya banyak pilihan. Hidup secukupnya dari single-income itu tricky jadi saya sudah tidak bisa itu hura hura belanja sana sini tanpa tujuan dan bahkan hire ART.

Jadi saya harus mengerjakan segala keperluan suami dan anak dan rumah sendiri tanpa melupakan keperluan untuk saya sendiri. Jujur buat saya tantangan menjadi ibu rumah tangga yang full time ada di rumah itu bukan terletak di bosan stay di rumah. Justru memenuhi kebutuhan suami anak rumah dan tentu saya sendiri.

Adakalanya saya malas sekali lihat tumpukan cucian yang harus di cuci dan di setrika atau tumpukan cucian piring dan segala peralatan masak belum lagi si kecil yang sedang senang sekali mengeksplor segala barang di penjuru rumah. Atau si kecil yang sedang berenergi mengajak main atau saat si kecil tanpa henti menangis saat sakit. Saat-saat seperti itu rasanya saya cuma mau duduk diem pasang musik keras-keras lalu nangis tanpa ingat apa-apa. Tapi tetap saja ada anak kecil lucu itu yang saya ingat saat saya mulai menutup diri dan mengatur emosi. Itulah ya yang namanya ibadah. Buat saya lupa sama semuanya. Buat saya lebih ikhlas dan ikhlas lagi.

Saya ga selalu kuat dan hebat koq. Ada masanya saya benar-benar merasa saya hampir gila. Gila karena saya tidak punya lagi yang namanya me-time. Tapi saya coba untuk terus ambil napas panjang lalu hembuskan pelan-pelan lalu peluk anak kecil yang lucu lalu everything's all right.

.Cheers.

Stress Pasca Melahirkan

IMG_4574.PNG
Picture from here

Jaman sekarang itu banyak ya moms yang terkena stress pasca melahirkan. Ternyata stress pasca melahirkan itu bukan cuma baby blues lho. Menurut American Pregnancy Association baby blues itu bentuk stress pasca melahirkan yang paling tidak berbahaya. Ada juga postpartum depression (PPD) dan postpartum psychosis (PPP). Saya sendiri mengalami stress pasca melahirkan selama 3 bulan pertama jadi sebenernya ga termasuk ke baby blues ya lebih ke depresi pasca melahirkan. Simply because I am not happy at all.

To be honest, stress pasca melahirkan yang saya alami bukan karena kurang tidur, atau pusing mendengar anak menangis, atau kurang makan, atau sakit saat menyusui, atau lelah, atau apapun yang berhubungan dengan saya, bayi dan merawat bayi. Buat saya stress pasca melahirkan terjadi justru karena banyak mendengar masukan-masukan orang lain tentang apa yang boleh dan tidak boleh saat merawat bayi dan banyaknya kunjungan orang yang ingin memberi selamat. Bukan tidak menghargai tapi gimana ya caranya saya mau istirahat kalau banyak kunjungan terutama dari orang-orang yang saya tidak terlalu kenal.

Saya orang yang sangat menyukai space, freedom and privacy. Artinya berikan saya ruang untuk menjadi seorang ibu baru yang bebas merawat anaknya dengan caranya sendiri. Saya tipe yang sedia amunisi sebelum berperang jadi sebelum saya melahirkan anak saya, saya sudah siap amunisi bagaimana merawat bayi dan terutama mental untuk merawat bayi sendiri. Jadi mendengar begitu banyak masukan ini dan itu dan kewajiban tampil saat dijenguk banyak orang itu jadi momok yang justru bikin saya stress. Padahal ibu menyusui itu perlu bahagia ya....

Masukan-masukan yang mengingatkan untuk selalu tidur, selalu makan, minum jamu, pakai stagen, jalan pelan-pelan, bayi jangan digendong terus itu membuat saya stress dan tertekan. Saya paham sekali mereka yang bicara seperti itu ingin memberikan perhatian kepada saya, perhatian yang bentuknya kurang pas buat saya. Perhatian yang pas buat saya itu let me do things in my own way and in my pace and in silence. Tapi saat itu bukan perhatian mereka yang saya rasa tapi justru pikiran negatif bahwa mereka tidak sedang memperhatikan saya they just care about the baby. 

Seriously, saya stress pasca melahirkan tanpa ada yang tahu kecuali suami saya. Sampai di titik saya benar-benar ga pengen ketemu orang sama sekali. Ibu menyusui perlu selalu bahagia agar produksi asinya lancar ironis memang buat saya, saat saya berusaha bahagia justru orang lain yang menghancurkan kebahagiaan saya.

Perjuangan untuk keluar dari stres pasca melahirkan itu ga mudah but I have my way. Saya mungkin terlihat lebih tertutup karena hal ini tapi itu justru jalan penyelamat saya dari stress yang berkepanjangan. Banyak tarik nafas dalam-dalam, lihat anak, ibadah, baca buku, manja ke suami dan menjauhi orang-orang sementara waktu itu cara saya menyembuhkan diri saya sendiri.

Setiap moms pasti punya sebab yang menyebabkan stress pasca melahirkan yang berbeda pula dan cara penanggulangan yang berbeda pula tapi moms kalau boleh bicara sama suami atau keluarga untuk pertolongan pertama. Stay happy ya mom...

.Cheers.

Saya dan Mitos Merawat Bayi

IMG_1505-0.JPG

Menjadi ibu pasti jadi tantangan tersendiri terutama bagi first-time mom terutama Apa yang boleh dan ga boleh. Sebelum melahirkan saya banyak membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan seputar merawat bayi dan mitos-mitosnya yang seringkali buat saya ga masuk akal.

*Membedong bayi
Suka kan ya dengar alasan orang tua jaman dulu kalau dengan di bedong itu kaki bayi akan lurus dan tidak bengkok. Faktanya kaki bayi memang terlahir bengkok (bukan bengkok kali ya lebih seperti kaki katak) dan akan lurus seiringan dengan bertambahnya umur dan kemampuan berjalan. Saya sendiri membedong bayi saya selama dua minggu pertama saja dengan alasan membedong bayi membuat bayi tenang karena dapat memberikan kehangatan.

*Memakai gurita
Alasan pemakaian gurita pada bayi untuk mencegah perut kembung padahal setelah lahir bayi masih bernafas lewat perut. Penggunaan gurita dapat menyebabkan organ dalam tubuh bayi bisa kekurangan oksigen. Saya sendiri tidak memakaikan gurita karena ribet si ya.... :)

*Pemakaian Baby walker
Alasan pemakaian baby walker supaya anak cepat bisa berjalan. Saya sendiri menggunakan baby walker hanya karena merasa terbantu karena si Kecil anteng dan bisa ditinggal melakukan pekerjaan lain. Saya hanya menggunakan baby walker selama dua bulan karena fakta saat anak didudukkan di baby walker dia hanya akan belajar duduk dan bergerak kemana pun dengan bantuan roda, sementara tubuhnya tidak akan belajar tegak. Hal ini terjadi pada anak saya maka untuk belajar berjalan saya berikan stimulasi lain dengan mengejar bola.

*Ibu dan bayinya tak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Sebenarnya ga ada keharusan seperti ini ya. Secara logis karena daya tahan tubuh bayi masih sangat lemah saat usianya di bawah 40 hari. Jadi kalau harus ikut jalan-jalan ke mall berjam-jam ya kasian karena banyak virus dan bakteri yang bertebaran. Saya sendiri keluar rumah dengan membawa bayi saat bayi saya 3 minggu itupun hanya ke restoran makan sebentar lalu pulang.

*Tangan dan kaki bayi harus selalu ditutup dengan sarung tangan/kaki.
Saya sendiri kurang paham kenapa bayi harus selalu pakai sarung tangan dan kaki. Saya hanya mengenakan sarung tangan selama kuku bayi belum digunting dan jika udara dingin selain itu saya tidak pakai karena Indonesia beriklim tropis dan panas dan pemakaian sarung dapat mengurangi perkembangan indera perasa pada bayi.

*Bayi bau tangan.
Vonis kejam dan yang paling menyebalkan adalah "bayi jangan keseringan digendong, nanti jadi manja dan bau tangan”. Apalagi orang yang ngomong juga ternyata suka menggendong anaknya.
Sebenernya saya tidak pernah percaya istilah bau tangan. Bau bawang bau terasi iya saya percaya tapi bau tangan? Ga. Here's why: bayi cuma tau satu cara berkomunikasi dengan menangis. Dengan alasan yang beragam dari mulai lapar haus sakit perut bosan ingin main kangen ibu kangen ayah sakit tidak nyaman atau sekedar bermanja-manja hanya si bayi yang tahu. Jadi di gendong itu ibarat dipeluk bagi kita orang dewasa, rasanya nyaman kan kalau setelah dipeluk? Itu juga yang dirasakan bayi saat digendong: kenyamanan. Tapi bukan berarti semua tangisan bayi bisa berarti minta gendong. Untuk menyiasatinya diperlukan keahlian orang tua untuk selalu menghibur dan membuat nyaman anak tanpa digendong :) Selalu ingat bahwa anak tidak akan selamanya suka digendong.

*Penggunaan Empeng Tidak Baik.
Biasanya bayi berusia kurang dari 1 tahun masih dalam fase oral.
American Academy of Pediatrics menyarankan penggunaan empeng daripada membiarkan bayi menghisap jempol karena menghisap jempol lebih memungkinkan pertumbuhan gigi bayi menjadi tonggos serta jempol tidak selalu bersih. Saya sendiri telat menyadari bahwa anak saya punya refleks menghisap yang buanyak dan memungkinkan pemberian empeng daripada mengempeng di PD ibunya yang selama ini terjadi dan membatasi ruang gerak saya. Intinya selama pemberian empeng tidak berlebihan dan tidak terus menerus tidak ada salahnya memberikan kenyamanan pada si bayi lewat empeng. Diperlukan kebijaksanaan orangtua mengenai kapan dan berapa lamanya penggunaan empeng.

Sekian dulu ya moms di lain waktu dibahas mitos-mitos lain dalam merawat bayi. Stay positif dan jangan gampang panik ya moms :)

.Cheers.

Resep MPASI: Kentang Panggang Daging Giling

Halo moms,

Kali ini mau berbagi resep MPASI bisa untuk 8 bulan ke atas ya tapi berhubung anak sayang sudah 13 bulan jadi saya buat kasar dan tidak halus.

IMG_5104.JPG

Bahan:
4 buah kentang ukuran sedang
2 siung bawang putih
1/4 siung bawang bombay
100gr daging giling
200ml susu cair (saya pakai sufor)
1 butir telur
100gr keju parut
Lada (saya lupa pakai)
Unsalted butter
Cara memasak:
1. Kukus/rebus kentang sampai empuk
2. Sambil menunggu kentang empuk, tumis bawang putih dan bawang bombay kemudian masukkan daging giling sampai berubah warna
3. Masukkan susu cair, telur dan keju. Masak hingga mendidih dan mengental
4. Siapkan wadah tahan panas. Potong kentang lalu susun dalam wadah tahan panas. Lalu tuangkan campuran daging giling tadi.
5. Panggang dalam oven 180 selama 20 menit.
Untuk 3 porsi

Selamat mencoba ya moms.

Belajar Menjadi Tidak Sempurna

Rumah berantakan, mainan berceceran, sisa makanan berjatuhan belum lagi tumpukan cucian piring yang menggunung atau tumpukan cucian baju yang harus dicuci dan disetrika.
Atau
Si kecil sedang senang belajar makan sendiri walau apa yang dimakan jauh lebih sedikit dari yang dibuang, coretan-coretan rasa ingin tahu anak di dinding rumah, sampul-sampul buku yang terkoyak saat si kecil ingin membaca buku.
Moms pasti pernah ya mengalami hal yang demikian dirumah dan dengan si kecil. Tapi itulah nikmatnya hidup ya moms, menemani perjalanan belajar si kecil yang luar biasa sambil terus beribadah mengurus rumah tangga :) Satu hal baru ni moms yang saya pelajari semenjak saya menjadi seorang ibu adalah belajar menjadi tidak sempurna. Berhubung saya OCD membuat saya menjadi orang yang perfeksionis. Segala sesuatu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar hasilnya sangaaaaaat maksimal (dan sangat rapih, sangat bersih, sangat terstruktur, sangat on-time).

Adanya kebiasaan itu harus saya buang jauh-jauh saat saya menjadi seorang ibu dan seorang full-time mom. Mempertahankan kebiasaan itu hanya akan buat saya stress sendiri. Awalnya susah memang ya tapi saya berusaha menerima batasan diri saya sendiri dan memaafkan diri saya. Saya selalu bilang pada diri saya sendiri "It's okay you're doing great. You don't have to do it all".

Saya yakin setiap moms pasti bisa menyelesaikan segala pekerjaan rumah sendiri sambil terus meluangkan waktu bermain dengan anak. Susah ya moms liat rumah berantakan sedikit maunya rapih aja tapi kalo kata iklan aja "berani kotor itu baik" mau gimana lagi ya ga? Hahhhahha

Maunya ya moms rumah bersih rapih tidak ada tumpukan cucian piring atau cucian baju atau baju yang harus disetrika. Tapi dalam pengerjaannya setiap hari tidak mungkin di lakukan sekaligus ada saja yang harus terhenti di tengah jalan karena si kecil mengajak main atau si kecil sedang manja. Belum lagi mainan si kecil yang berceceran atau tumpahan makanan kecil si kecil yang belum sempat dibersihkan sudah dimainkan lagi. Saya sendiri menyerah pada keadaan dan harus bisa kompromi dengan situasi yang ada. Jangan harap main kerumah saya siang-siang ruang tamu akan bersih mengkilap dan rapi yang ada hanya ceceran mainan dan buku-buku si kecil yang ada. Walau si kecil saya biasakan main di baby-box tapi sepertinya dia tidak bisa lihat sesuatu yang rapi (seperti mamanya :D), dulu saya sempat pusing tapi sekarang saya jauh lebih tidak peduli rumah berantakan karena saat malam dan si kecil sudah tidur saya bisa bersihkan dan rapihkan kembali.
IMG_4579-0.JPG
Si kecil sedang berbaik hati cuma sedikit yang berantakan
Perlu usaha dan kerelaan yang lebih memang ya tapi semua worth-it. Menjadi seorang ibu justru membuat saya menemukan saya-saya yang lain yang saya tidak pernah saya kira akan saya lakukan. Saya yang lebih sabar. Saya yang bisa menaklukan OCD saya. Saya yang tidak sempurna.

.Cheers.

Envy

 Yupe blabbing ga jelas dulu boleh kan ya. Today I wrote about envy. Envy of other people life. Seumur-umur walaupun suka lihat kehidupan orang lain yang lebih hijau dari saya ga pernah kepikiran sama sekali iri atau ada rasa iri walau sedikit. This might sound ridiculous but I envy my bestfriend life Edo that recently continue his study to Japan. He got scholarship from where he work. Adalah yang bikin iri dia bisa keluar negeri. Tinggal disana. Jauh dari kehidupan orang Indonesia yang kadang carut marut. Konyol emang kedengerannya dari sekian orang yang saya kenal saya cuma iri sama temen saya yang satu ini. Padahal banyak temen dan adik kelas saya yang lebih sering dan lebih lama sekolah ataupun kerja di luar negeri. I don't know but maybe because I really know him and how he struggle for it. I am proud but envy. 

Dari dulu saya selalu ingin keluar negeri. Tinggal dan besar dan ga pulang-pulang dimana saja selain Indonesia. Bukannya ga nasionalis tapi susah buat saya untuk tinggal disini. Mulai dari otoritas sampe hal orang Indonesia ga bisa buang sampah aja jadi masalah. I never feel like I belong here. I love walking yang ga mungkin banget bisa sering-sering di lakuin kalau musti balapan sama asap kendaraan. And the people, I think it's only me but I happen to meet people with narrow-minded one sedangkan saya sangat open-minded. Lots and lots things that make me never belong here. You will shock how open my mind is or to what extent my thought could wander. Tapi kenapa sih sampai sekarang saya ga pernah sekolah atau benar-benar tinggal di luar negeri. Saya pernah keluar negeri lho ya buat jalan-jalan aja. Jawabannya simpel sih ya saya merasa saya masih sangat dilindungi Allah SWT. Kenapa? Living overseas will make all my dark and dirty mind to happen. Pasti bingung kan pasti berandai-andai kan tapi justru cuma karena hal itu saya ga pernah berusaha tinggal di luar negeri. People get to live overseas because they have a purpose to do like maybe working studying and on well I on the other hand just want to have freedom. Freedom that I never get to have here.

Oooops, you got to know my dirty little secret. Nevermind. Well, If you like Japan or want to know how it feel to study in Japan you can check my buddy blog here http://nofriadiedo.blogspot.co.id/ and don't forget to say hi.

.Cheers.

Friday, October 9, 2015

Gagal Paham


Pergejolakan tentang stay-at-home moms sama working moms kayaknya ga pernah ada habisnya. Padahal kita sama lho sama-sama seorang ibu. Cuma kayaknya terlalu berlebihan aja ya kalo setiap orang ga bisa memahami pilihan yang diambil setiap ibu-ibu.

Saya sendiri a stay-at-home mom by a choice. Dari dulu sudah selalu berandai-andai menjadi ibu yang tinggal dirumah dan full ngurus anak alasannya karena saya sendiri inginnya seperti itu ditambah didukung keadaan yang tidak memungkinkan buat saya kerja. Saya ga ada orang yang bisa bantu saya nitipin anak jadi harus merasa beruntung ya yang ibu nya masih hidup bisa ikut bantu mengurus anak dan konsekuensi kalau saya bekerja saya punya banyak waktu dengan anak. Waktu itu saya kerja di Jakarta dan domisili di daerah sekitarnya yg mengharuskan saya setiap hari berangkat jam 6.30 pagi dan tiba dirumah 7.30 malam ga kebayang nitipin anak ke daycare atau art sampe jam segitu. Cuma kadang orang kan ga tau ya alasan kenapa kita memilih menjadi stay-at-home mom sama working mom.
Sempet kan ditanya kenapa ga kerja lagi. Terus dijawab karena ga mungkin lalu dilemparlah ke saya alasan cliche kalo sayang udah sekolah tinggi-tinggi ilmu nya ga dipake dan balik-balik ke dapur dan kalo kerja kan wawasan jadi luar dan bla bla bla. Somehow saya gagal paham pemikiran seperti ini. Hari gini wawasan bisa dipelajari dimana aja kapan aja dari mana aja dan dari siapa aja. Kalo seseorang itu wawasannya mandek itu balik lagi ke orangnya masing-masing kadang sekolah tinggi klo wawasannya sempit ditambah attitude yang buruk pelajaran sekolah itu berasa ga ada artinya.

Jadi stay-at-home mom bikin saya apresiasi kegigihan working moms. Mayoritas ibu-ibu kalo ditanya pastinya maunya dirumah aja karena bisa liat tumbuh kembang anak dan mengajarkan banyak hal kepada anak termasuk wawasan yang didapet waktu kuliah tinggi-tinggi iu ya. Cuma kadang keadaan seseorang berbeda dan itu ga bikin keadaan kita jauuuh lebih baik dari orang itu. Faktor finansial umumnya yang bikin ibu-ibu bekerja rela untuk meninggalkan anaknya dan diasuh oleh neneknya atau siapapun itu tapi apa itu mudah kan ga juga. Mereka punya mimpi untuk anak-anak mereka yang mungkin baru bisa terealisasi kalo mereka bekerja. Atau memang karena ibu tipe pekerja yang kalau dirumah jadi stress. Sah-sah aja. As long a mother and a wife happy that means happy life. 

Jadi kadang saya gagal paham kalo ada yang bilang sayang sekolah tinggi-tinggi jadi stay-at-home mom aja akan bikin wawasan mandek. Truth is ibu-ibu pintar ini yang sekolahnya tinggi-tinggi baik yang dirumah atau yang kerja ini yang nanti akan menghadirkan generasi-generasi selanjutnya yang lebih berkualitas. Atau mungkin yang berkata demikian tidak tahu bahwa perlu ilmu yang tinggi untuk mendidik anak yang berkualitas. Atau mungkin tidak pernah mendidik anak dengan ilmu. 

.Cheers.

Thursday, October 8, 2015

Motherhood: Menjadi Ibu yang Santai


Mungkin aneh kali ya jadi ibu baru yang baru punya anak pertama terus belum punya pengalaman apa-apa nyantai banget ngadepin hiruk pikuk perbayian. Tapi itu sayaaaa banget pemirsah. Hahhaha ga tau kenapa saya ga kena demam euphoria anak pertama yang semua serba harus ada serba harus the best serba dan serba. Dan parahnya lagi ga ada yang ngajarin. Ouch.

Kenapa bisa gitu ya? Ya, alhamdulillah nya punya pasangan yang juga sama santai nya ngadepin punya anak pertama. Yang lebih heboh biasanya orang luar biasa lah ya. Jadi dari masih hamil besar udah mulai baca-baca tentang mengurus bayi/anak di forum-forum dan blog dan alhamdulillah selalu dikasih jalan nemu aja bacaan para ibu yang mengurus anak 1,2,3,4,5 sendirian. Wuooooh karena kan ya saya juga ngurus anaknya bakal sendirian pas nemu bacaan gitu kayak punya temen senasib sepenanggungan. Dan sejak dua bulan sebelum melahirkan selalu mendoktrin diri sendiri "kamu bisa kamu bisa orang lain aja bisa masa kamu ga bisa" dan jeng jeng saya bisa sodaa-sodara. Cuma pas diawal ribet aja ya mandiin bayi kecil jadi sempet minta bantuan uwa yang juga suster. That's it.

Berbekal pengetahuan dan cerita ibu-ibu itu sampai sekarang saya cenderung jadi ibu yang santai ditambah mungkin saya ga ada bakat panikan ya. Jadi dari soal mpasi yang saya ga beli ini itu banyak-banyak karena ternyata memang ga kepake sampe tekstur makanan harus ini dan itu untuk bayi sampe banyak ga nya makanan yang dimakan anak saya ga pusing. Anak mau makan apa saya ga pusing cuma stress hahhaha stress karena musti putar otak ngasih makanan yang mana lagi. Anak mau makan bubur atau nasi terserah coba yah si kecil di umur 10 bulan ga mau bubur dan nasi tim maunya nasi yowes dikasihlah nasi. Anak mau makan banyak atau ga ya gapapa buat saya, kalo dia ga mau makan ya resikonya adalah lapar jadi hitung-hitung mengajarkan rasa lapar dan ga dikit-dikit dikasih makan supaya ga rewel dan kelaperan. Atau saat anak demam atau sakit saya bukan tipe ibu yang panikan dikit-dikit lari ke dokter atau panas dikit dikasih obat, nope. Cuma anak saya ini kalo sakit demam itu suka ga pake salam dulu langsung nyelonong ke suhu diatas 38,5 jadi ga ada tuh anget-anget 37an tau tau di 39. Paniknya karena doktrin suami karena dari keluarganya ada yang step padahal ga gitu langsung step juga dan step juga ada 2 macem. Dulu seringnya pake skin-to-skin sama di kasih asi yang banyak terus tunggu aja. Seringnya demam klo kata orang dulu 'demam mau pinter'. Sampe akhirnya anak kena fimosis itu karena saya terlalu nyantai pemirsah hahhaha dan bapaknya yang nyuruh ke dokter sedangkan saya santai-santai aja.

Sekarang pas si anak udah mulai besar jadi ibu yang santai itu makin lebih banyak enaknya. Karena klo ga santai stress man karena makin besar anak makin banyak aktivitas. Anak udah ga mau disuapin dan maunya makan sendiri yang berakibat pada indahnya lantai rumah penuh minyak. Maunya main kotor-kotoran main tanah main pasir main di rumput ga papa kan kata rinso kalo ga kotor ga belajar. Maunya mandi sendiri di kamar mandi dan udah ga mau duduk ga papa tapi sering saya ingatkan untuk pegangan. Mau makan makanan orang dewasa kayak sambel maicih yakult dll ya ga papa asal ga banyak-banyak. Mau kejedot karena ga sabar klo ngerangkak atau jalan ya ga papa. Semua serba ga papa karena buat saya dengan begitu saya mengajarkan konsekuensi dan mengajarkan rasa sama dia misalnya makan sambel ya akan kepedesan atau kejedot ya karena ga sabar atau giginya patah karena jatuh. Jadi nanti dia tau rasa lapar, sakit, pedas, manis, sedih, marah, senang dll.

But again being a mother is a lifetime learning so yeah I am learning.

.Cheers.

Motherhood: Parents' Love Mother's Love Whatever


Suka ga sih liat orang tua yang bahasa sundanya ga nyaah dulang (sayang tapi menjerumuskan)tapi ternyata nyaah dulang. Suka ga sih liat orang tua yang belain anaknya mati-matian padahal anaknya salah. Suka ga sih liat orang tua yang atas nama cinta memberikan semuanya buat anak. 

Yupe I guess that's the power of love. Tipis ya cinta yang bisa bikin seseorang jadi sukses sama jadi biasa aja. Baru satu tahun setengah jadi ibu perasaan cinta kayak gitu yang saya takutkan, sangat. Kenapa? Because I've witnessed the kind of scary love. Liat gimana saking cintanya orang tua sama anak, anaknya bikin kesalahan dibelaaaaa terus padahal ya anaknya yang bohong sama orang tuanya. Liat gimana saking cintanya orang tua sama anaknya, merasa anaknya yaaaang paling bener orang lain ga. Liat gimana saking cintanya orang tua sama anaknya bikin perlakuan ga adil ke pasangan hidup anaknya. Liat gimana saking cintanya orang tua sama anak dinenenin sama diketekin aja anakbya padahal udah punya keluarga sendiri. Yupe I've witnessed that. And the outcome of that kind of love. Scary.

So today, saya dihadapkan dengan kenyataan kalo anak saya mewarisi caranya marah saya. Yupe, I am ugly when it's come to angry. Jadi ceritanya si bocah lagi main sama temennya, a girl but she has dominance personality. Setiap main kerumah semua mainan bocah dimainin dan bocah ga bisa main mainan yang dia pengen. Sering saya bela supaya mainannya dikasih ke anak saya because it's him, ya know. Tapi lebih sering saya alihkan perhatian anak saya ke mainan yang lain yg tidak dimainkan. Saya mengajarkan dia untuk sesekali mengalah so it should be no problem, right? I always play with my kid so ketika si temennya ini liat bocah main sama mamanya diambil lah lagi mainannya. Intinya anak saya ga boleh main mainannya, wth? Tapi saya selalu coba ajak ngobrol anak saya supaya berbagi mainannya atau main bersama-sama. Maybe just maybe dia udah jengah ya jadi sekarang kalo mainannya main di rebut aja he's become physical. Jadi setiap ketemu anak itu bawaannya rambutnya dijambak, di cakar daaaaan akhirnya tadi mainannya kena lempar ke dan mukanya ( and I was like OMG!!!!!). I can't angry to my kids because it was unintentional. Happens out of defense karena mainannya mau diambil. Disini bikin saya mikir I was in denial. Denial of my kid fault. So yeah I admit what he did is wrong but she's wrong too. And they're kids. And mother's love is scary.

Padahal ya itu hal kecil, mengakui kalo anak sendri itu salah rasanya beraaaaat dan ga terima. Lebih berat lagi pas sadar kalo 'hey, anak lo mewarisi cara marah lo lho!' And I was like 'OUCH'. So I am worried of myself of my love for my kids of what it will make my kids.

But being a mother is a lifetime learning process. So yeah, I am learning.

.Cheers.

Tuesday, September 22, 2015

My Pain Is Mine


Nobody knows your pain moreover understand your pain.

Kadang waktu malem datang kalau lagi nunggu suami sudah sholat dan semuanya terus liat muka si kecil suka tiba-tiba nangis aja. Suka ngerasa belum bisa ngasih yang terbaik. Belum bisa jadi ibu yang terbaik yang ga pake marah-marah yang ga pake teriak-teriak ya ga pake nyelepet klo abis gigit-gigit. Sedih karena mama struggling dengan keadaan. Struggling jadi ibu jadi istri dan jadi diri sendiri. Kalo kayak gini suka kangen mama sendiri. Inget gimana sendiriannya mama berjuang ngurus Rumah tangga ngurus anak yang banyak sedangkan suami di luar kota. Pengen meluk mama pengen curhat pengen dikuatin sama pengen nitip si kecil kapan-kapan gitu biar bisa yoga dan nge-spa gitu. But she wasn't here so yeah. I do what my mom did. All alone and on my own. 

Ga gampang kudu bangun pagi-pagi nyiapin makanan buat suami buat anak sambil kebut beresin Rumah supaya siang sampe sore bisa main sama si kecil. Kadang kalau suami lagi ke luar kota kudu belanja bulanan sendiri, yupe bawa gembolan anak gembolan tas dan belanjaan. Pernah harus beli beras dan bawa beras 5 kilo sambil bawa anak 8 kilo itu rasanya mau mati. Hahhahhahha berat beud. Kalau anak sakit harus jalan dan cari tukang ojek ke Rumah sakit sendiri masih mending klo pagi lha pernah malem-malem XD. Yang paling sedih waktu mata si kecil matanya belekan karena naik motor. Huhhuhhu sedih tak terkira.

Makin sedih kalo ada tanggepan-tanggepan seenak jidat ya klo menurut saya hahhaha karena kan mereka yang ngomong cuma bisa ngomong. "Kenapa ga beli mobil" "kasian anaknya panas dingin ujan" bla bla bla. Then what. Kasian. Iyalah cuma pada bisa kasian kan tapi kasian ga akan menyelesaikan masalah dan ga akan bikin hati saya jadi tenang yang ada jadi bete. Cause you can only talk can only expect and do nothing. That's why maleeeees banget dan ga guna juga kan klo curhat ke orang lain. 

Kalau udah stress made me miss myself Kangen nulis kangen ngeblog yang pasti kangen kehidupan. Bukan karena sekarang ga hidup, hidup koq. Tapi percaya ya dengan sebejibun kerjaan Rumah dan ngurus anak saya masih kangen buat berartivitas lain yang ngurus tenaga dan keringet. Yupe, saya orang yang sangat menyukai aktifitas fisik. Biasanya saya Olahraga karena saat saya lari atau jalan atau berenang sangat menjernihkan pikiran saya.

Saya tidak pernah menyesali menjadi seorang ibu tapi saya sedang belajar menyeimbangkan diri sebagai seorang istri ibu dan diri sendiri which is haaaard klo ada satu krucil yang masih nguntilin kemana saja saya pergi. Tapi kalo gini inget my mom... She was a tough woman. Too tough maybe. And I hope I was as tough as her or even tougher.

.Cheers.

Saturday, September 19, 2015

Resep: Chocolate Tart

Moms kali ini berbagi resep Chocolate Tart ya karena kemaren baru bikin buat adik bungsu. Resep pie crust nya dari sendiri coba sana sini tapi kalo filling nya coba ngikutin resep Chocolate Tart nya Marco Pierre White.


Pie Crust
Bahan:
120 gr mentega/butter
240 gr tepung terigu
Air dingin

Cara pembuatan:
Campur mentega dengan terigu lalu masukan air dingin secukupnya sampai adonan tidak lengket. Lalu masukan dalam loyang lalu diamkan.

Chocolate filling
Bahan: 
18 oz Dark Chocolate
3 butir telur, kocak
200 ml susu cair
350 ml double cream (ga pake karena ga ada)

Cara pembuatan:
Lelehkan coklat. Campurkan susu dan cream dan berhubung saya tidak pakai cream saya pakai susu 300 ml kemudian didihkan lalu masukan ke dalam kocoran telur.
Lalu masukan campuran susu dan telur ke dalam coklat leleh.

Panaskan oven dengan suhu 180 lalu masukan oven dan panggang selama 30-45 menit tergantung ukuran loyang yang digunakan. 

Untuk ukuran saya Chocolate Tart ini kurang manis jadi mungkin next time saya akan coba tambah kan gula tapi adik saya sangat suka tart ini. Untuk ara penyimpanan jangan masukan ke dalam kulkas karena akan merubah tekstur.

Selamat mencoba.

.Cheers.



Kurus vs Gemuk


"Lo koq kurus aja si?" Atau "Laki lo koq gemuk banget si?"

Pertanyaan yang sering banget diutarakan ke saya baik opini mengenai saya ataupun suami. Awalnya saya hanya menanggapi biasa saja tapi seringkali hal ini mengusik saya. Saya sempat berpikir apakah tidak ada hal lain yang lebih layak ditanyakan. Sepertinya memang tidak.

Buat saya mungkin ini "how the way we Indonesian talk or communicate" no offense ya dan tidak bermaksud mengeneralisasi tapi seringkali hal-hal yang berbau fisik tersebut hal yang paling fasih diutarakan seseorang jokes or no jokes. Atau mungkin cuma basa-basi karena kita ga tau lagi hal apa yang harus ditanyakan. Dunno, but I one of them yang juga menanyakan hal-hal tersebut hanya sebagai basa-basi because I am not a good talker. But to be honest asking someone physical appearance was the last thing I want to ask. I don't give a damn about how people look.

To answer people who ask, I guess, my mom passed her great gene so I'll stay slim no matter how much I eats. Problem is saya kalau makan memang banyak tapi sekali makan sedikit-sedikit dan sering dan saya ga punya kebiasaan mengemil atau makan makanan yang berminyak or things like chips. More over, I like to do physical things and walking to burn some fat.

While on the other hand my husband memang mewarisi bakat gemuk yang makan sedikit timbangan langsung naik dan susah turun. To be truth, he's been chubby since college so kalo ada yang tanya "laki lo gemuk banget sekarang" I wish to answer "emang sejak kapan dia kurus" seriously I don't give a damn about his weight. He's been changing the way he eat and less snack but nothing happen. Seriously I don't mind him the way he is right now and the funny thing is others mind.

Honestly, I wish people like to say more positive things or just remain in silence rather than asking other people weight.

.Cheers.


Friday, September 18, 2015

Thrilled

It's been ages since the last time I wrote in this blog. Being a mother is a new thing to me that constantly needing me to keep up of learning. Today the day I really miss writing and blogging and I make myself clear that I need to keep myself sane by making a room to just be me. So today I cleaned up all my emails and social media and (also) blogs. I manage to have only one email account and one facebook account and only two blogs for different reasons (before I have 4 email account and two facebook accout and four blogs). So today I re-launch this blog as "Half A Rockstar Mom".. yupe still the same ol me the-half-of-a-rockstar-kind-of woman XD

I've been in a rocky mountain lately and I need to go down to have a little life. Well, life is rough. And that's happen to me also. Can't wait to let my brain make it to 'work' again XD.

Always when everything start to get hard and I can only blame myself for being useless and cry for the unfair world. There's this man that always shine my world. Love u, F!

ph: here

.Cheers.

Fimosis dan Operasi Sirkumsisi (Khitan)

Tepat di usia nya yang ke 13 bulan si kecil harus di operasi sirkumsisi alias di khitan. Si kecil di diagnosis dokter mengalami infeksi saluran kencing karena fimosis. Sharing yuk moms biar ga terkaget-kaget seperti saya.

Apa sih fimosis itu dan kenapa?

Fimosis adalah penyempitan atau perlengketan kulup kelamin sehingga kepala kelamin tidak bisa terbuka sepenuhnya. Fimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma (kotoran hasil sekresi kelenjar kulup) di sekitar kepala kelamin. Penumpukan smegma tersebut dapat mendukung penyebaran berbagai bakteri penyebab peradangan. Jika fimosis menyebabkan kesulitan buang air kecil sehingga urin tertahan di saluran kencing (uretra) maka dapat terjadi infeksi uretra. (Kompasiana)

Penyebab Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir karena tidak berkembangnya ruang di antara kulup dan penis. Selain bawaan lahir tadi, fimosis bisa juga disebabkan infeksi atau peradangan berulang pada kulit depan penis, atau trauma (benturan). (Ayahbunda)

Pikiran saya melayang-layang tentang apa itu fimosis tapi intinya saluran kulup penutup penisnya kecil sehingga menyebabkan kesulitan saat buang air kecil.

Apa sih gejalanya fimosis?

1. Kulit kelamin tak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan
2. Anak akan mengejan/kesakitan saat buang air kecil karena saluran kencing di ujungnya tertutup. Biasanya pada ujung alat kelaminnya tampak menggembung.
3. Air seni yang keluar tidak lancar
4. Demam.

Gejala yang tampak pada si kecil waktu itu hanya demam. Pada hari Sabtu si kecil demam tinggi >39 saya pikir karena selama seminggu saja ajak keluar jalan-jalan urus ini itu. Setelah pemberian obat penurun panas keesokan harinya suhu tubuhnya sudah turun dan memang masih sedikit hangat dan itu berlangsung selama 4 hari. Saya tidak langsung bawa ke dokter karena hari Minggu saya lihat ada gigi yang tumbuh dan saya kira si kecil demam karena akan tumbuh gigi. Hari ke-5 ayahnya meminta agar diperiksa ke dokter dan dari situlah akhirnya terungkap bahwa si kecil menderita infeksi saluran kencing karena fimosis.

Solusi yang diberikan dokter saat itu adalah sirkumsisi. Prosesnya cukup panjang ya tapi hal ini harus dilakukan mengingat jika tidak dilakukan operasi sirkumsisi kemungkinan terjadi infeksi saluran kencing akan terulang kembali dan akan berdampak buruk bagi ginjal si kecil.

Atas rekomendasi Dokter Anak saya berkonsultasi dengan dokter bedah anak dan hasilnya pun sama : fimosis dan sunat. Lalu diputuskanlah waktu operasi sirkumsisi secepatnya demi kebaikan si kecil. Prosesnya selama sirkumsisi si anak akan dibius total. O_O sereeeem pas denger harus di bius total tapi itu pilihan yang tersedia karena untuk kasus sirkumsisi anak dibawah 5 tahun mayoritas di bius total agar selama proses operasi tidak berontak dan menimbulkan efek trauma.

Saya melakukan operasi sirkumsisi di R.S. Hermina Bogor. Setelah mengurus keperluan administasi dan cek darah saya diharuskan berkonsultasi dengan Dokter Anastesi. Dokter akan menjelaskan proses dan resiko-resikonya termasuk bahwa ada resiko kematian saat bius total tapi selama ini belum pernah ada yang terjadi di rumah sakit tersebut. Ok penjelasan ini sukses buat saya uring-uringan. Tapi everything must go on demi kesehatan si kecil.

Setelah ditetapkan waktu operasi sirkumsisi saya dijelaskan bahwa pada hari operasi anak diharuskan puasa 5 jam. Selama proses menunggu waktu operasi sedikit banyak anak saya rewel karena lapar haus dan mengantuk sampai akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Saya mengantar sampai ruang operasi kemudian setelah si kecil dibius saya keluar. Proses sirkumsisi memakan waktu 20-60 menit tergantung kondisi fimosis anak. Alhamdulillah 30 menit kemudian si kecil sudah keluar dan masuk ke ruang observasi untuk melihat respons setelah obat biusnya hilang.

Setelah keluar dari ruang operasi si kecil diharuskan bangun dan dicoba untuk minum. Anak sayang jagoan menangis sebentar lalu minta susu dan kemudian tidur lagi. Karena prosesnya yang tidak mengharuskan di rawat maka saya memutuskan untuk pulang. Hari pertama proses penyembuhan si kecil masih banyak merintih namun banyak menghabiskan waktu untuk tidur (mungkin masih ada efek obat bius atau lelah). Pada hari ke-2 si kecil sudah bisa bermain tertawa walau kadang menangis kesakitan saat dibersihkan penisnya. Hari ke-3 jahitan sudah mulai kering dan keesokannya saya sudah pakaikan celana karena saat lukanya kering si kecil ingin menggaruk-garuk penisnya mungkin karena gatal.

So moms semoga pengalaman ini bisa membantu. :)

Resep: Simple Bread Pudding

Holla moms,
Lagi long weekend ya buat yang ga bisa kemana-mana intip resep ini yuk terus bikin buat orang-orang tersayang dirumah. Resepnya gampang banget moms dan karena dirumah ada roti yang mendekati masa kadaluarsa jadi iseng dibikin bread pudding.


Bahan:
6 lembar roti
4 buah telur
1 sdt kayumanis bubuk
2 cup susu cair
3/4 cup gula pasir
2 sdm butter
Cara memasak:
1. Potong-potong roti menjadi bagian-bagian kecil pada pinggang anti panas lalu masukan/taburi roti dengan butter yang sudah dilelehkan.
2. Dalam mangkuk terpisah masukan telur, susu, kayumanis dan gula pasir lalu aduk sampai tercampur rata.
3. Siram campuran tadi kedalam potongan roti.
4. Panaskan oven lalu panggang selama 30-45 menit sampai adonan ketika di tekan muncul kembali.

Selamat mencoba :)