Menjadi
ibu rumah tangga itu ga mudah sama ga mudahnya jadi ibu yang juga
bekerja. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kali ini mau sharing rasanya jadi ibu rumah tangga full time.
Saya jadi ibu rumah tangga full time
sejak hamil 3 bulan. Selama hamil belum ada dukanya diem di rumah
seharian. Malah saya sangat menikmati di rumah. Walau sebenarnya saya
bukan orang yang suka keluar rumah tanpa urusan yang jelas walau itu
sekedar window-shopping. Tapi semenjak melahirkan dan punya anak menjadi ibu rumah tangga full time jadi momok tersendiri buat saya. ( serem ya bahasanya huhuhhuhu)
Masa
lalu saya membuat saya biasa melakukan ini itu sendiri tanpa bantuan
orang lain. Jadi jangan pernah berharap saya bakal minta tolong selama
apa yang harus dikerjakan bisa saya kerjakan sendiri. Bapak saya
mengajarkan saya hal-hal yang juga laki-laki kerjakan jadi jangan heran
kalau saya bisa ganti ban mobil sendiri ya. Ada masanya suami keenakan
karena sampe urusan mengangkat galon air saja saya lakukan sendiri. So kalo saya minta tolong artinya saya udah bener-bener ga bisa. Which is sebenernya ga bagus juga....
Kalau
perempuan lain setelah melahirkan di manjakan dengan berbagai bantuan
dari sana sini saya justru seminggu setelah melahirkan sudah jeger (kata
yang liat ya bukan kata saya) walau sambil menahan perih sisa-sisa
jahitan. Dua minggu setelah melahirkan saya sudah mencuci baju, masak,
setrika dan bebersih rumah sendiri. Bangga? Ga juga biasa aja. Mungkin
di mata orang saya bisa terlihat hebat atau bisa juga terlihat sok kuat.
Either way I don't care. Cuma didikan bapak saya untuk jangan pernah menyusahkan orang itu lekat sekali.
Pagi
ini tetangga sebelah bilang "neng, hebat ya kuat ngerjain semuanya
sendiri. Nyuci, nyetrika, masak, bebersih rumah." Kalau udah seperti ini
rasanya senang sekali bahwa ada orang yang perhatian dengan apa yang
saya lakukan. Walaupun apa yang saya lakukan tadi bukan karena saya
punya banyak pilihan justru karena saya tidak punya banyak pilihan.
Hidup secukupnya dari single-income itu tricky jadi saya sudah tidak bisa itu hura hura belanja sana sini tanpa tujuan dan bahkan hire ART.
Jadi
saya harus mengerjakan segala keperluan suami dan anak dan rumah
sendiri tanpa melupakan keperluan untuk saya sendiri. Jujur buat saya
tantangan menjadi ibu rumah tangga yang full time ada di rumah itu bukan terletak di bosan stay di rumah. Justru memenuhi kebutuhan suami anak rumah dan tentu saya sendiri.
Adakalanya
saya malas sekali lihat tumpukan cucian yang harus di cuci dan di
setrika atau tumpukan cucian piring dan segala peralatan masak belum
lagi si kecil yang sedang senang sekali mengeksplor segala barang di
penjuru rumah. Atau si kecil yang sedang berenergi mengajak main atau
saat si kecil tanpa henti menangis saat sakit. Saat-saat seperti itu
rasanya saya cuma mau duduk diem pasang musik keras-keras lalu nangis
tanpa ingat apa-apa. Tapi tetap saja ada anak kecil lucu itu yang saya
ingat saat saya mulai menutup diri dan mengatur emosi. Itulah ya yang
namanya ibadah. Buat saya lupa sama semuanya. Buat saya lebih ikhlas dan
ikhlas lagi.
Saya ga selalu kuat dan hebat koq. Ada masanya saya
benar-benar merasa saya hampir gila. Gila karena saya tidak punya lagi
yang namanya me-time. Tapi saya coba untuk terus ambil napas panjang lalu hembuskan pelan-pelan lalu peluk anak kecil yang lucu lalu everything's all right.
.Cheers.
No comments:
Post a Comment