Melihat dunia dari seorang piatu.
Ini hidup dari sudut pandang saya. Saya sudah sampai di titik kehidupan dimana orang datang dan pergi: Hidup dan mati itu pasti. Ibu adalah Ibu. Ibu yang disebutkan 3 kali lebih banyak dari Bapak. Ibu yang bagi kebanyakan orang jadi pusat gravitasi. Apa jadinya kita tanpa pusat gravitasi?
Pernahkah membayangkan hidup tanpa ibu? Sekali-kali bayangkan lah.
Bertemu dengan cerita para anak tentang ibunya seringkali (sekarang) tidak membuat saya iri. Anak yang hidup menanggung beban psikologis orang tua hasil dari gaya hidup masa lalu. Anak yang hidup merantau jauh tanpa teman dalam kesusahan yang terhalang oleh nominal uang. Anak yang dibesarkan atas kasih sayang pembantu dan supir yang ibu nya asik cekakak cekikik dengan sahabatnya. Anak yang ibunya jadi tameng hidup atas segala persoalan yang disebabkan anaknya. Anak yang dilimpahkan kasih sayang yang tidak menjerumuskan nya menjadi anak yang manja. Saya sangat menikmati melihat kasih sayang ibu dan anak, menjadikannya contoh kehidupan yang membuat saya banyak belajar.
Saya punya ibu. Tentu. Hanya saja waktunya melimpahkan cintanya pada anak-anaknya usai lebih dulu. Pasti ada masa dimana saya terpuruk dan kehilangan. Tak ada yang disesali justru ada banyak yang saya syukuri sekarang ini.
Saat banyak ibu yang pusing memikirkan anaknya naik kelas atau tidak, masuk sekolah unggulan atau tidak, ibu ku tidak perlu merasakan itu lagi.
Saat banyak ibu yang menjadi tempat mendengar keluhan-keluhan tentang ke labilan anak-anak mereka, ibu ku tidak perlu mendengar hal-hal itu.
Saat banyak ibu yang bangga saat anak nya wisuda dan menikmati gaji pertama mereka, aku justru dengan bangga bilang "Mah, aku lulus"
Saat banyak ibu berselisih pendapat dengan anaknya saat mengurus pernikahan, ibu ku tidak perlu seperti itu dengan ku.
Saat banyak anak meminta kekurangan uang untuk makan dan senang-senang kepada ibu mereka, aku cukup bersenang-senang dengan uang hasil keringatku.
Saat banyak anak yang lebih memilih makan diluar daripada makan masakan ibu dirumah, ibu ku tidak perlu masak.
Saat banyak anak yang lebih memilih bermain bersama teman-temannya dan kesepian dirumah, ibu ku tidak perlu jadi penunggu rumah
Saat banyak ibu shopping dengan anaknya, ibu ku tidak harus shopping dengan ku. Aku tidak suka belanja.
Saat banyak ibu yang harus banyak mengelus dada saat meminta tolong anaknya melakukan sesuatu, ibu ku tidak.
Saat banyak anak mencari ibu untuk membantu menyelesaikan masalah.You know who I have.
Saat banyak ibu menjadi tempat sharing bagi sang anak. You know to whom I share.
Sekarang saat muda kebanyakan dari kita akan merasakan kasih sayang Ibu yang luar biasa. Bagi seorang ibu, anak adalah titipan Allah yang luar biasa. Banyak hal yang beliau lakukan untuk kebahagiaan sang anak. Bagi saya (seorang anak), ibu juga sesuatu yang luar biasa dari Allah. Banyak hal yang akan saya lakukan untuk kebahagiaan ibu. Masa ibu saya menunjukkan rasa cintanya memang usai lebih awal justru masa saya menunjukkan rasa cinta lebih dalam lebih awal.
Seringkali saat kita muda, kita terlalu asik dengan pergaulan dan kehidupan kita. Seringkali kita lupa menunjukkan hal terbaik bagi ibu, dan mulai menyadari betapa berat perjuangan ibu saat kita mulai menjadi ibu. Seringkali kita lupa untuk mengkhawatirkan ibu lebih banyak dari ibu mengkhawatirkan kita. Ibu yang disebut 3 kali. Ibu. Ibu. Ibu.
"No matter how bad your mom treated you. Love her as much as she hurt you. Even better if your mom is a kind one."
Saya menjadi mencintai Allah lebih banyak. Bahkan lebih banyak lagi saat berterima kasih Allah mengambilnya diusia 38 tahun. Thank Allah, she's a kind mom.
I love you
-fina-
No comments:
Post a Comment