Monday, March 15, 2010

Kota dengan Polusi dan Macet


(pic from www.primaironline.com)

Hari ini saya bukan mau mengeluh tentang Jakarta tapi sharing bagaimana menjalani hidup di Jakarta.

Pernah ga sih kita dengar klo Jakarta macet karena volume kendaraan nya semakin meningkat sedangkan ukuran jalannya tidak bertambah atau mungkin berkurang jika dihitung dengan berapa banyak orang yang sembarangan parkir di pinggir jalan atau digunakan pedagang kaki lima untuk berjualan?

Saya rasa pernah. Setidaknya saya pernah baca dan pernah mendengar.

Dan sering ga sih mendengar kalo orang-orang menyalahkan pemerintah karena fasilitas angkutan umum belum memadai. Semisal, stasiun kereta api yang seadanya, jadwal kereta api yang masih sesuka jidatnya mogok atau bermasalah dengan mesin klo hujan, belum lagi desek-desekan klo naik kereta mau itu kereta ekonomi, ekonomi AC maupun Express sekalipun, jumlah bis transjakarta yang sedikit belum lagi harus umpel-umpelan ?

Saya yakin sering. Setidaknya saya sering mendengar.

Seberapa sering kalian mau menikmati jalan di trotoar (itu juga kalo ada) menuju kantor atau tempat yang jaraknya relatif mudah dijangkau dengan berjalan kaki tanpa mengeluh akan polusi dari kendaraan yang lewat?

Saya yakin ga banyak yang melakukannya dan tidak mengeluh. Setidaknya itu yang saya perhatikan.

Dan oleh karena itu, sebagian besar dari mereka yang memilih harus tinggal atau bekerja di Jakarta datang dan pergi menggunakan kendaraan pribadi untuk menghindari yang namanya panas, debu, polusi, asap kendaraan, ketidaknyamanan, dan cape.

Dan karena begitu banyak alasan yang sama, orang-orang menyalahkan orang lain bukan diri sendiri. Memang paling enak menyalahkan orang lain.

Pernah dengar kalo anggota dewan adalah cerminan bangsa, kalo pas rapat Pansus Century mereka berteriak, dan berantem, dan apalah yang disebut orang-orang. Kenapa musti mereka kita salahkan. Biar itu jadi cerminan untuk kita bahwa kita JANGAN seperti itu, JANGAN seperti mereka. Cermin memperbaiki diri sehingga memperbaiki negara ini.

Hal yang sama, kita menyalahkan pemerintah, karena mereka lah yang harus melayani kita. Karena kita bayar pajak, karena kita membayar mereka. Emang semua orang di negara ini punya kesadaran bayar pajak? Memangnya negara itu pelayan kita? Ga rela kalau duid yang kita bayar untuk pajak dipakai oknum-oknum yang cuma mengandalkan nafsu punya uang banyak?

Negara tidak melayani warganya tapi warganya melayani negaranya. Kalau semua orang punya pemikiran yang sama Indonesia sudah pasti hebat.

Kita harus jadi contoh untuk yang kita bilang tidak layak di contoh. Contoh menjadi orang yang menghargai fasilitas umum walaupun fasilitasnya seadanya. Contoh menjadi orang yang menghargai waktu dengan tidak menjadikan macet sebagai alasan. Contoh orang yang mau menggunakan Transjakarta, Kereta Api, Kopaja, Metromini tanpa harus mengeluh mengenai jadwalnya, macetnya, panasnya. Contoh orang yang tidak korupsi baik waktu khususnya buat mahasiswa yang suka demo, uang umumnya untuk yang diperbudak oleh uang, dan lainnya. Kita harus jadi contoh untuk apa yang kita inginkan, apa yang kita lakukan, apa yang kita harapkan. Kita jadi contoh untuk orang-orang berkedok diluar sana. Contoh bahwa kita lebih terhormat dari mereka karena kita melakukan sesuatu yang layak dicontoh bukan hanya meneriakkan kata-kata tanpa melakukan apa-apa

Kalau Kita bermimpi Indonesia punya sarana dan fasilitas transportasi yang baik. Hey, hanya pada saat sarana dan fasilitas transportasi itu baikkah kita akan menggunakannya? Sebenarnya yang harus dirubah bukan sarananya atau fasilitasnya, tapi KEMAUAN kita. Apakah kamu bisa jamin kalau sarana dan fasilitas transportasi sudah baik kamu akan menjaganya dan menggunakannya tanpa mengeluh?

Tuesday, March 9, 2010

Cinta atau Benci



Kesannya gw hidup ga bersyukur banget ya.. gw ga suka tinggal di Jakarta tapi mau ga mau karena kebutuhan juga..Gw ga abis pikir jalanan penuh dan sesak mobil-mobil pribadi. Kemacetan dimana-mana. Merajalela. Dan waktu yang dihabiskan orang-orang disini hampir selalu di luar apakah itu diluar rumah atau di luar kozan. Gw kangen sama "Sang Mantan" sangat....

Gw termasuk orang yang sering kali kesepian dan sekarang gw memotivasi diri gw untuk keluar dari jejaring sosial apakah itu facebook or twitter. Sejauh ini gw undah menon-aktifkan facebook gw. Tapi kebayang aja tambah ga ada kerjaannya gw. Gw belum mau bawa lappy ke kozan karena super berat ni lappy secara ya massa tubuh gw ga berat-berat amat. dan gw belum memasang speedy di kozan jadi terpaksa merana dulu selama satu bulan ini.

"Sang Mantan" kangen sangat saya.....can you suddenly call me?

Sunday, March 7, 2010

Asli atau Palsu



Sebenernya yang kita tunjukkan ke orang lain itu asli atau palsu si?

Kadang gw berpikir "gw pengen jadi diri gw sendiri" it means aslinya gw donk..

Well terkadang qta atau gw lah merasa sudah asli tapi percaya deh begitu kita bertemu orang lain qta akan dihadapkan dengan keaslian-keaslian orang lain juga yang mungkin berbeda dengan kita. Coba deh perhatikan kalau kalian sedang dengan teman-teman, sahabat, keluarga dan pacar. Seberapa besar kenyamanan yang kalian dapatkan itu pasti akan beragam. Umumnya kita sangat 'asli' didepan keluarga, tapi ini ga berlaku untuk semua iorang. Cuma kita yang bisa menilai seberapa keaslian kita yang kita tunjukkan ke orang lain..

dan saat kita menunjukkan keaslian kita, apakah orang lain akan benar-benar menerima keaslian kita itu?

Gw tinggal di Jakarta sementara ini karena bekerja lah pasti. Gw beranggapan Jakarta itu lucu. Kenapa? Karena setiap nyawa diragukan kadar nilainya tapi gw tetep salut karena kota Jakarta penuh perjuangan sekali klo musti liat kondisi macet sana-sini dan betapa kontrasnya gedung-gedung tinggi dengan bedeng-bedeng. Jakarta menyediakan begitu banyak mimpi dan banyak orang yang mendedikasikan mimpinya untuk dibuat di Jakarta bukan di pedalaman Kalimantan atau Papua. Setiap hari gw dipertontonkan dengan kepalsuan jiwa dan fisik. KE-LABIL-AN jiwa anak manusia. Gw ga mau bilang gw stabil but at least gw sadar da gw fight against it. Gw ga nge-judge ya hanya mengemukakan apa yang gw pikirin,, Sebenernya mereka hidup untuk apa? Coba deh lo tanya ke diri lo atau sekitar lo dan liat seberapa besar mereka yang tau tujuan hidup mereka untuk apa. Dan mau jadi apa mereka? setiap orang at least harus punya jawaban.. mereka harus tau kemana mereka melangkahkan kaki mereka. Dan apa yang sudah mereka lakukan untuk menjadi seperti yang mereka mau? Apa yang sudah mereka lakukan untuk menggapai tujuan hidup mereka?

Gw ga mau sotoy tapi pertanyaan yang sama juga diajukan ke gw-gw tau jawabannya-tapi gw belum mengarahkan kaki kesana. Ibarat kata gw harusnya langsung belok ke kanan tapi gw milih jalan muter yang jauh dengan pergi ke kiri dulu. Bukannya ga baik. Tapi emangnya seberapa lama sih kita bakal hidup di dunia ini? Kalau pada saat kita baru mulai ternyata umur kita ga cukup lagi gimana?

Satu lagi yang pengen gw bahas tentang asli atau palsu. Cinta dan sayang kita kepada pasangan kita itu sebenernya asli atau palsu si? Coba tanya itu ke hati kecil kalian. Apakah hubungan itu bermanfaat atau tidak buat kalian? Waktu itu gw ditanya hal yang sama dan jawabannya "taraaaa..........." okelah kalo begitu...hahaha. GW mengutip kutipannya temen gw "Kamu gak boleh jatogh kalo kamu patah hati soalnya kehidupan jalan terus dan gak peduli kalo kamu patah hati"

Jadi punya cinta yang asli-asli aja yah.....